Sebut saja orang yang eksibisionis pastinya ingin dirinya dilihat oleh orang lain ketika melakukan hubungan seks. Begitu juga mereka yang memiliki kecenderungan sadistis, mereka akan terangsang jika partner mereka dalam keadaan sakit atau tersiksa.
Tak sedikit pula yang memiliki kecenderungan seks terhadap pemaksaan atau pemerkosaan. Orang-orang ini cenderung lebih terangsang dan semangat ketika berhubungan seks dengan memaksa. Apa sebabnya?
Penelitian terbaru mengatakan bahwa kurangnya kemampuan seseorang untuk memproses banyak informasi dalam satu waktu bersamaan membuat orang tersebut cenderung tidak sanggup berpikir jauh ke depan, sehingga tidak mampu mengukur konsekuensi atas perbuatan yang dilakukannya. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap perilaku seksual.
"Pemerkosaan memiliki dua risiko besar. Yang pertama adalah anggapan buruk dari korban, termasuk keluarga dan masyarakat sekitar, dan yang kedua adalah kemungkinan dipenjara karena melanggar hukum. Mereka yang memiliki kemampuan mengolah informasi yang rendah cenderung mengabaikan hal tersebut,"
Kemampuan seseorang untuk mengolah informasi sering dikenal dengan sebutan <I>working memory</I>. Pada mereka yang kemampuannya rendah, hal-hal lain seperti konsekuensi, risiko, serta hubungan sebab akibat tidak terlalu dipikirkan.
"Jadi ketika orang-orang tersebut memiliki hasrat seksual untuk melakukan pemerkosaan, mereka akan menyerah pada hasratnya dan tidak memikirkan hubungan sebab aibat, konsekuens serta risiko dari perbuatan tersebut," sambung Dr Amy.
Penelitian dilakukan terhadap 59 laki-laki. Mereka diminta untuk mengisi kata-kata yang hilang pada kalimat dan ditanya apa saja yang mereka jawab di akhir sesi. Setelah itu mereka diminta untuk melihat gambar yang menunjukkan hubungan seksual secara kesepakatan dan juga pemaksaan.
Terakhir peneliti meminta mereka untuk membaca sebuah skenario tentang kejadian pemerkosaan. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang cenderung membaca skenario sampai habis memiliki faktor rangsangan terhadap hubungan seks pemaksaaan. Hal tersrbut berbanding lurus dengan rendahnya kemampuan mereka untuk mengingat kembali apa yang sudah mereka tulis pada tes pertama.
sumber: health.detik.com
0 komentar:
Posting Komentar